palestine
Pasukan Israel Hancurkan Jembatan dan Pembangkit Listrik RAFAH
Ambisi Perdana Menteri Israel Ehud Olmert untuk melancarkan serangan militer besar-besaran ke Palestina benar-benar tak bisa dibendung lagi. Ribuan serdadu Israel dengan dukungan sejumlah tank dan pesawat tempur melakukan serangan udara ke sebuah jembatan dan pembangkit listrik Palestina di Jalur Gaza kemarin. Serangan besar-besaran pertama Israel sejak penarikan Gaza tersebut memaksa sebagian besar warga Palestina bersembunyi di dalam rumah. Menjelang sore kemarin, pesawat tempur Israel menembakkan rudal ke sebuah lapangan terbuka di kawasan utara Gaza. Dengan memorakporandakan lapangan yang diduga sebagai lokasi peluncuran roket tersebut, militer Israel berharap intensitas serangan roket ke wilayah mereka berkurang. Pada saat bersamaan, pasukan Israel juga menyerang pabrik pembuat roket di selatan Gaza. Dini hari kemarin, pesawat udara Israel menembakkan sedikitnya sembilan rudal ke pembangkit listrik satu-satunya di Gaza. Tiga turbin dan alat penyimpan bahan bakar pembangkit listrik hangus terbakar. Akibatnya, sekitar 65 persen aliran listrik ke kawasan tersebut putus. Terhentinya aliran listrik juga mengancam persediaan air bersih warga Gaza. Pasalnya, selama ini mereka mengandalkan tenaga listrik untuk memompa air tanah sebelum menyimpannya di bak-bak penampungan. Bukan hanya itu. Militer Israel juga menggempur tiga jembatan penting di Gaza. Dalam pernyataan mereka, tertulis bahwa serangan itu untuk mencegah militan memindahkan serdadu Israel-Prancis yang mereka tawan. Perusakan jembatan tersebut menyebabkan wilayah Gaza terbelah menjadi dua. Selanjutnya, artileri Israel juga menyerbu bandara yang terletak di luar Rafah serta pabrik dan toko roket di kawasan tersebut. Tak jauh dari tempat itu, pasukan artileri Israel menembakkan senjata ke arah Gaza. Pasukan Israel lengkap dengan tank mereka siaga di sebelah timur Rafah sejak Selasa malam. Menurut Kapten Jacob Dallal, jubir militer Palestina, pasukan Israel yang bersembunyi di tank tersebut melanggar batas garis pantai sejauh 2 km. Pergeseran pasukan militer Israel itu membuat warga ketakutan. Demi mengantisipasi dampak terburuk, penduduk Gaza di kawasan utara mulai menimbun makanan, lilin, dan batu baterai untuk radio. Aktivitas warga pun lumpuh. Kendati sejumlah negara Arab mengkritik serangan tersebut, Olmert menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menghentikan ’aksi ekstrem’ itu. Pemimpin Partai Kadima itu sengaja melancarkan serangan besar-besaran untuk memaksa militan Palestina membebaskan Kopral Gilad Shalit, yang diculik Minggu lalu. Namun, Olmert menjamin pasukannya tidak akan menduduki Gaza kembali. "Serangan ini akan terus berlanjut hingga hari berikutnya (hari ini). Tapi, kami tidak akan menduduki Gaza lagi," serunya. Serangan itu juga mengundang keprihatinan pemimpin Palestina Mahmoud Abbas, yang sedang mengupayakan jalur diplomasi. Politikus moderat itu sangat menyesalkan keputusan Israel menyerang Gaza. "Presiden (Abbas) menganggap agresi yang ditujukan pada jaringan infrastruktur masyarakat tersebut sebagai suatu kejahatan terhadap kemanusiaan," demikian bunyi pernyataan tertulis kantor Abbas. Seorang ajudan Abbas mengatakan, pimpinannya sudah menghubungi Presiden Syria Bashar Assad untuk membantu pembebasan serdadu tersebut. Sementara itu, Deputi PM Palestina Nasser Shaer mengatakan, pihaknya juga sedang mencari jalan keluar lewat jalur diplomasi. Namun, Shaer tidak menyebutkan apakah menjalin kontak langsung dengan Israel dalam upaya tersebut. "Kami mendesak agar invasi tersebut segera dihentikan. Selain itu, kami mengimbau kelompok penculik agar menjamin keselamatan serdadu tersebut," kata Shaer. Di sisi lain, seorang politikus Hamas menyerukan pembalasan terhadap pasukan Israel. (ap/afp/rtr/bbc/hep)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan